Saturday, July 9, 2011

Wanita Empat Musim

Wanita musim semi
            Pada awalnya dia ragu-ragu. Saat berkenalan dia hanya menyebutkan nama kecil. Penuh rahasia. Aku berinisiatif membuka pembicaraan dengan bercerita sedikit tentang diriku. Ketika pandangan kami bertemu, aku merasakan bahwa dia tidak merasa nyaman dengan tatapanku. Aku menyadari bahwa aku harus membuatnya percaya bahwa aku menghormati privasinya. Aku membatasi tatapanku, tidak perlu lama menatap, yang penting dia tahu kalau aku mendengarkan kalau dia bicara. Aku juga berusaha untuk hanya tersenyum bila saatnya tepat. Sepertinya kalau aku tersenyum selama bicara, dia semakin merasa minder.
            Beberapa saat kemudian, dia mulai berani bicara. Dia menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupanku sehari-hari. Kujawab dengan sejujur-jujurnya, walau kadang kenyataannya kehidupanku sehari-hari memang tidak terlalu membanggakan. Penting baginya untuk mengetahui bahwa aku berbicara dengan jujur.
            Pendekatan tahap selanjutnya dimulai setelah makan malam, dan kami masuk kamar. Kugenggam tangannya dan dengan tulus kupuji penampilannya malam ini. Dia tersenyum. Kuberi kecupan di pipinya. Namun aku merasakan ketegangan di tangan dan pipinya, sehingga aku memutuskan untuk memberinya waktu untuk sendiri. Kukatakan padanya bahwa aku harus menggunakan kamar mandi dan segera beranjak ke kamar mandi.
            Setelah keluar dari kamar mandi, kutanyakan padanya apakah dia ingin agar aku mandi terlebih dahulu. Dia tersenyum dan berkata bahwa dia percaya bahwa aku sudah mandi sebelum datang. Lalu gantian dia permisi menggunakan kamar mandi. Mungkin dia masih butuh sedikit waktu.
            Dia tampak siap setelah keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian. Aku memulai dengan ciuman pada pipi yang berlanjut pada bibir. Kupuji cara menciumnya, walau aku pernah mendapatkan ciuman yang lebih baik. Tetapi pujian ini membuahkan hasil, dia tersenyum lalu memelukku. Aku mengikuti kecepatannya bercumbu.
            Seperti biasanya, wanita musim semi menyukai gaya misionaris. Sebagai inisiatif aku hanya melakukannya dengan lembut, menunggu tanggapan dan bahasa tubuhnya. Menunggu sampai dia ingin aku mempercepat gerakan sedikit demi sedikit.
            Keesokan paginya, kudapati dia sudah rapi dan tersenyum padaku. Dia meletakkan sebuah amplop putih di meja, dan berjanji akan menelefonku lagi. Satu lagi pekerjaan yang diselesaikan dengan sempurna.

Wanita musim panas
            Saat berkenalan dia tampak percaya diri. Tanpa banyak bicara dia mengajak makan malam di restoran. Dia memesan steak tenderloin, rare dengan mushroom sauce. dan anggur merah. Kombinasi yang “merah”. Aku memesan t-bone well-done dengan pepper sauce dan hot lemon tea. Dia makan tanpa banyak bicara. Kami selesai makan hampir bersamaan. Setelah selesai makan dia bicara cukup banyak tentang steak. Kami banyak tertawa mendengar pengalaman-pengalaman lucu pada saat makan steak, dia menceritakan temannya yang muntah-muntah bila melihatnya makan steak rare.
            Sampai di kamar, dia mencium bibirku langsung setelah menutup pintu. Great kisser. Aku memujinya, tapi tampaknya dia tidak peduli, bahkan langsung menarik tanganku menuju kamar mandi. Dia mengajakku mandi bersama. Dia menyuruhku membuka pakaian, menatapku, memberi oral seks sebentar, tertawa lalu membuka pakaiannya.
            Mandi bersama tentunya disertai cumbuan. Dia banyak mengambil inisiatif, aku hanya mengimbangi kecepatannya. Acara ini berlangsung sekitar satu jam, penuh dengan tawa dan komentar-komentar yang menjurus, sampai dia berkata bahwa semua harus diselesaikan di tempat tidur.
            Setelah mengeringkan tubuh sekadarnya, kami ke tempat tidur tanpa berpakaian. Di tempat tidur aku berusaha mengambil alih kendali. Aku memberinya oral seks. Setelah mencapai klimaks, dia langsung mengambil kendali. Mulai dari gaya misionaris, lalu gaya misionaris dengan satu kakinya di angkat ke bahuku, lalu dua kaki. Berbagai variasi gaya, fork style, doggy style, wanita di atas, bahkan sampai variasi-variasi yang namanya saja aku tidak tahu.
            Ketika aku bangun pagi-pagi, dia masih tidur memelukku. Lalu aku memberinya kecupan selamat pagi dan beranjak bangun. Dia bangun sebentar lalu meneruskan tidur lagi. Kemudian aku pergi mandi dan berpakaian. Saat aku keluar dari kamar mandi, dia sedang duduk telanjang di atas ranjang. Dia tersenyum dan mengisyaratkan agar aku memberinya ciuman. Aku mengecup bibirnya tanpa membuatnya bergairah, dan menganjurkannya agar pergi mandi. Setibanya di pintu kamar mandi, dia berbalik dan mengatakan bahwa layananku semalam sangat memuaskan. Aku hanya tersenyum, walaupun sebenarnya aku ingin mengatakan hal yang sama. Tetapi dia adalah klien dan tugasku melayani.
            Dari kamar mandi dia berkata bahwa ada sesuatu untukku di dalam tas tangannya, dan mempersilakan aku untuk pergi duluan. Aku sadar, sekarang dia ingin ditinggalkan sendiri, tidak menuruti permintaannya berarti pelanggaran terhadap privasinya. Lalu kuambil amplop cokelat bertuliskan namaku dari tas tangannya, dan bergegas keluar kamar. Meninggalkan sang wanita musim panas dalam kesendiriannya.

Wanita musim gugur
            Saat pertama kali aku bertemu dengannya, aku sedang menunggunya di lobby hotel Preanger, aku memandang kosong ke arah dekorasi air terjun di depan eskalator. Dia duduk di depanku tanpa bicara, menghalangi pandanganku. Aku tersenyum dan mengucapkan salam. Dia membalas salamku dan menjabat tanganku. Kami berpandangan sesaat, dan dia memintaku menceritakan sedikit tentang diriku. Kuceritakan sedikit kehidupanku sehari-hari. Dia mengajukan satu-dua pertanyaan, tetapi selebihnya dia mendengarkan dengan antusias. Aku membiarkannya menilai kepribadianku sambil berusaha menilai kepribadiannya sendiri dari penampilan dan sikapnya.
            Aku mengajaknya makan malam. Selama makan malam dia bicara tentang kucing. Ya, tentang kucing. Dia bercerita tentang beberapa ras kucing dan sifat-sifat kucing. Dia sangat menyukai kucing Persia, yang menurutnya adalah kucing yang paling cantik. Gaya bicaranya dalam bercerita benar-benar menarik. Aku bahkan tidak sempat merasa bosan dengan penuturannya yang cukup detail mengenai kucing-kucing peliharaannya.
            Setibanya di kamar, kami mandi sebentar tanpa cumbuan yang berlanjut lama. Di tempat tidur, dia tengkurap telanjang. Aku memberinya pijatan lembut. Dia mengangkat wajahnya dan mengatakan bahwa pijatanku terlalu pelan. Aku menambah sedikit tenaga. Kemudian dia mulai berbicara tentang pola hidup manusia-manusia metropolitan. Aku terlibat cukup aktif dan kami menjadikannya diskusi kecil. Menurutnya pola hidup yang rutin adalah suatu hal yang membosankan dan rekreasi pun semakin lama menjadi sesuatu yang rutin pula. Menurutku kebosanan adalah tanda pola hidup yang salah, jalan yang salah dan rutinitas yang salah, dengan memperhitungkan variabel-variabel yang terjadi setiap hari, tidak ada sesuatu yang benar-benar rutin. Pencapaian prestasi yang sama menunjukkan kondisi stagnan, tanpa pemahaman akan etika pengembangan diri.
            Dia membalikkan tubuhnya. Aku berbaring di sebelahnya. Diskusi berlanjut diselingi cumbuan. Onani intelektual bersama secara harfiah. Dia berbicara apa saja, kecuali tentang dirinya. Aku menyadari bahwa diskusi mulai turun nilainya menjadi debat kusir. Sepetinya dia merasakan hal yang sama. Dia terus mengoceh semakin tidak terarah, lalu tiba-tiba naik ke atas tubuhku dan berhenti bicara. Aku merasakan hangat tubuhnya di kulitku dan desah nafasnya lembut tertahan di leher dan wajahku. Dia mencium bibirku. Aku membalas ciumannya dan tanganku memeluk punggungnya. Ciumannya lembut tetapi mantap, basah, hangat dan manis, aku merasakan sesuatu yang lebih pada ciumannya. Saat itu aku masih ingin menikmati bibirnya dia mengubah posisinya. Dia duduk di atas tubuhku, memandangku dengan pandangan penuh arti. Kemudian kami menyatu.
            Setelah itu dia memelukku. Dia mengangkat wajahnya, tersenyum, lalu beranjak ke sisi ranjang di sebelahku. Kemudian kami bicara lagi, tentang topik-topik yang lebih ringan. Semalaman kami berdua tidak tidur, sampai matahari mulai menampakkan dirinya di balik gorden. Lalu kami tidur sampai tengah hari. Sepertinya dia membolos hari ini. Tapi dia tidak berkata apapun, tidak sepatah katapun tentang dirinya, diriku atau kami berdua.

Wanita musim dingin
            Ketika aku menunggunya, dia menelfonku, lalu memintaku agar aku langsung menemuinya di kamar. Setibanya di kamar, kuperhatikan matanya yang sembab, tetapi dia tampak menguasai dirinya sepenuhnya. Dia memperkenalkan dirinya kemudian menawarkan makan malam.
            Makanan diantarkan ke kamar. Selama makan, dia menceritakan masalahnya setelah kudesak dengan halus. Dia menceritakannya dengan gamblang, bahkan tanpa emosi. Masalah rumah tangga pribadinya. Aku merasa kurang nyaman dengan ceritanya yang menurutku terlalu pribadi, bahkan bukan urusanku, tetapi aku tetap berusaha mendengarkan ceritanya.
            Dia tidak menghabiskan makanannya. Setengah pun tidak. Dia menelfon lobby, kemudian seorang pelayan masuk dan membereskan semuanya. Kemudian dia permisi dan pergi ke toilet. Aku menduga keras bahwa dia menggunakan penenang. Tetapi sekali lagi, itu bukan urusanku.
            Setelah keluar dari kamar mandi kami berbaring di ranjang dan dia mulai menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupanku sehari-hari. Aku mencoba mengalihkan pembicaraan dan berusaha sedikit menghiburnya, tetapi dia secara blak-blakan menanyakan mengapa aku segan membicarakan kehidupan pribadiku. Karena caranya bertanyanya yang menuduh, secara refleks aku malah berkilah. Aku menyangkal kesegananku berbicara, yang jelas-jelas terbaca olehnya dan suasana di antara kami menjadi canggung. Aku sadar telah melakukan kesalahan.
            Dengan segan aku mulai menceritakan sedikit tentang kehidupanku sehari-hari, suatu tindakan yang selama ini kuhindari. Tetapi aku tidak menyukainya dan menghentikannya dengan halus. Kukatakan kepadanya bahwa aku lebih senang bila dia yang bercerita dan memang sudah menjadi tugasku untuk mendengarkan.
            Kulihat tanda-tanda bahwa dia mengerti, walau tidak puas. Dia tidak melanjutkan ceritanya, malah kemudian mematikan lampu dan kami bercumbu.
            Aku tidak merasakan kehangatan. Dia begitu jauh. Dia alo. Aku pun ingin melakukannya, aloerotisme. Aku ingin membayangkan seorang yang lain, tetapi dia melakukannya dengan kuat, bahkan mengendalikan. Aku merasa terpaksa bermain dengan caranya. Aku merasa diperkosa. Aku membencinya.
            Aku tidak bisa tidur nyenyak malam itu. Aku ingin segera pagi dan pergi dari sini. Ketika aku melihat rona merah di gorden. Aku langsung bersiap untuk pergi. Kukatakan padanya bahwa ada sesuatu yang harus kukerjakan hari ini. Aku meninggalkan wanita musim dingin secepat perjumpaan dengannya. 

No comments:

Post a Comment